Friday, July 20, 2018

Meninggalkan Istana Semarapura Menuju De Bukit



Meninggalkan Istana Semarapura Menuju Den Bukit


 Istana Raja Panji Sakti yang dibangun th. 1604 dan dipugar zaman
pemerintahan Raja Anak Agung Padang pada sekitar th. 1863




            Lama kelamaan setelah Ki Barak Panji hampir dewasa,bertambah khawatir dalem Saganing bersama permaisurinya, demikian juga Ki Gusti Ngurah Jelantik dengan permaisurinya, melihat keadaan dan sifat-sifat Ki Barak Panji lalu ia mencari akal untul menghindari pertentangan di kemudian hari.
            Akhirnya Ki Barak Panji disuruh pulang kepada ibunya di Panji Denbukit tahun 1584. Menjelang berangkat, Dalem Saganing pengantar 40 orang pilhan yang memiliki keberanian dan kekebalan, yang dikepalai oleh Ki Dumpiung dan Ki Dosot. Setelah semua orang-orang itu di kumpulkan lalu dibagikan keris yang masng-masing dapat sebilah.Setelah dibagi-bagikan, keempat puluh orang itu telah menerima sebilah keris, tetapi masih bersisa sebilah keris.Lalu dipungut kembali dan dihitung ulang,benar empat puluh bilah tidak lebih tidak kurang.Lalu dibagi-bagikan kembali kepada keempat puluh orang orang itu untuk menerima masing-masing sebilah keris, tetapi masih saja tersisa sebilah. Karena itu berulang ulang dihitung hasilnya tetap 40 bilah, setelah dibagikan tetap tersisa sebilah keris, yang berbentuk mundarang cacarang bangbang. Semua orang yang hadir heran. Oleh karena itu Dalem Sagening berpendapat, bahwa keris sisa itu, adalah hak Ki Barak Panji yang akan menjadi pusaka,lalu di berikan kepadanya.
            Sementara itu Dalem Saganing menganugrahi Ki Gusti Barak Panji berupa bebaru atau senjata sakti berupa sebatang suligi (lembing) bernama Ki Tunjungtutr, dan bendera bernama Pangajatatwa. Setelah tiba waktunya, berangkatlah Ki Gusti Barak Panji dengan ibunya, diantar oleh 38 orang, dikepalai oleh Ki Dumpiung membawa Ki Pangkajatatwa dan Ki Dosot menuju Den Bukit.
            Dikisahkan perjalanan Ki Barak Panji dari Gelgel, lalu singgah di Desa Jelantik, mengadakan persembahyangan di kampung halamanya dulu. Sehabis bersembahyang, lalu terus berjalan ke utara berbelok ke barat di daerah samprangan, melalui kawisunya (Mengwi), lalu masuk ke daerah bandan negara (Tabanan) terus ke utara menuju Danau Beratan. Penjajahan memakan waktu sampai 4 hari,pada sampailah mereka di Waktusaga (Batumenyan) daerah Den Bukit, lalu meraka berhanti di sana unutk makan perbekalan yang berupa ketupat. Ketika makan ketupat tiba-tiba tersekat ketupat yang ditelan, mka bingunglah semua pengikutmya mencari air, dana amat susah mencarinya di Puncak Bukit yang 1.220 m tingginya kecuali turun ke danau. Ketika bendera Ki Pangkajatatwa diambil oleh si Luh Pasek Panji, lalu ditancapkan ditanah dengan maksud untuk memancangkannya. Karena Maha Murah dan Maha KuasaNya Hayang Widhi atas hambanya , tiba-tiba terpercik air suci pada tempat itu, la uterus digali hingga seperiuk dalamdan lebarnya, air itu keluar terus. Mata air itu tetap tak berubah banyakny dan tak juga ke tempat, walaupun ditimba beberap puluh  kali. Air itu lalu dinamai “Banyu Anaman” (Tirta Ketipat). Sampai sekarang air mata itu di muliakan oleh umat hindu Bali, terutama keturunan Ki Gusti Ngurah Panji Sakti dan tururnan Ki Pasek Panji.
            Setelah meraka habis makan, lalu seluruh rombongan meneruskan perjalanan menuju barat laut. Pada waktu itu matahari sudah hampir terbenam. Siang malam meraka meneruskan perjalan hingga sampai pada punggung bukit yang mengitari Danau Buyan. Tiba-tiba terjadilah sesuatu yang amat dasyat, yang dinamai Panji Landung, dengan dasyatnnya menangkap Ki Gusti Barak Panji, lalu diangkat tinggi pada bahunya. Ki Gusti Barak Panji merasa sampai dilangit, lalu dia disuruh melihat ke timur, terlihatlah olehya penggunungan Tonyanyar (Tianyar). Disuruh memandang ke utara tiada terlihat apa-apa  kecuali lautan saja. Kemudian dia disuruh memandang kebarat,terlihat olehnya gunung Tanger (Blambangan). Kemudian disuruh memandang keselatan, tetapi Ki Gusti Panji Barak Panji segera minta di turunkan, sebab tangis ibu dan pengikutnya yang menyayat hati. Ki Gusti Barak Panji lantas diturunkan oleh Panji Landung sambal berkata memberi anugerah, bahwa sekalian yang dapat dilihatnya itu kelak akan menjadi wilayah Den Bhukit, dan sampai disanalah batas kekuasaan Ki Gusti Barak Panji di kemudian hari. Demikian ucapan Panji Landung kepadanya, lalu dia diturunkan kembali ke bumi, dan seketika itu juga mendadak menghilang Panji Landung itu. Kembslinya Ki Gusti Barak Panji disambut suka cita oleh si Luh Pasek Panji sekeluarga terutama ibunya.
            Setelah Ki Barak Panji telah tiba di Panji, lau 38 orang pengantarnya kembali pulang ke Gelgel, hanylah Ki Dumpiung Dan Ki Dosot saja yang masih tinggal disana bersama Ki Barak Panji,karena cinta dan kasihnya untuk mengabdi, kemnaa pun perginya pasti mereka damping. Ki Gusti Panji yang masih kekanak-kanakan selalu pergi kemana saja membawa keris anugerah Dalem Saganing, keris itu bahkan di paki mencukil jengkeri atau menggali ketela. Demikianlah pekejaan sehari-hari, diiringi oleh kedua sahyanya.


Demikian kisah sejarah ini, tunggu sejarah tentang Ki Barak Panji Sakti lainnya
Semoga Bermanfaat, Terima Kasih

    Choose :
  • OR
  • To comment
No comments:
Write comments